Wednesday, January 23, 2013

Sejarah Terciptanya Halelujah Chorus

Standard Vol. VIII No. 8 (Desember 2012) - Lentera

George Friedrich Handel lahir di kota Halle, Jerman, pada tanggal 23 Februari 1685. Ia dibesarkan di dalam  lingkungan gereja Lutheran. Lahir pada tahun yang sama dengan komponis besar Johann Sebastian Bach yang juga lahir di Jerman. Namun keduanya tidak pernah bertemu muka. Bach mengubah music instrument untuk gereja Lutheran sementara Handel membuat opera dan oratorio untuk teater sekuler. Keduanya adalah composer terbesar pada era Baroque (1600-1750). Handel memiliki bakat music yang ajaib. Tetapi ayahnya, seorang dokter yang menginginkan anaknya belajar hukum itu tidak mengizinkan Handel masuk sekolah music. Karena itu, Handel kecil secara diam-diam naik ke kamar di bawah atap pada malam hari untuk berlatih music dengan sebuah organ kecil. Suatu hari di tahun 1693, seorang bangsawan Jerman sangat kagum dengan permainan organ Handel, ketika ia mengiringi ibadah di gereja. Bangsawan itu memberi saran kepada ayah Handel agar memberikan pelatihan music secara formal untuk Handel yang kala itu baru berumur 8 tahun.
                Di usia 12 tahun, Handel sudah mengarang lagu dan memainkan organ dengan begitu mahir dan lincah. Pada suatu hari setelah menghadiri ibadah di luar kota, Handel bertanya kepada organis apakah ia boleh memainkan organ milik mereka. Sementara para jemaat mulai meninggalkan gereja, Handel memainkan organ dengan begitu luar biasa sehingga jemaat yang sudah bergerak untuk keluar dari gedung kembali ke tempat duduk mereka dan tidak mau beranjak pergi. Organis di gereja itu menghentikannya, dan memintanya untuk tidak memainkan organ jika seluruh jemaat belum pulang.
                Melihat kesungguhan Handel, sang ayah akhirnya mengijinkan anaknya itu belajar dengan seorang organis local dan selanjutnya membiarkan handel meneruskan pendidikan formal di bidang music, padahal ia sudah sempat belajar hukum selama setahun. Handel mulai menulis opera pada usia muda dan usia dua puluhan, ia menjadi composer yang dibayar dengan harga yang terbaik di bumi ini dan orang-orang mesti berjuang untuk mendapatkan kursi setiap kali ia tampil. Tahun 1703 ia pindah ke Hamburd yang merupakan pusat opera Jerman.
                Pada periode 1706-1710, Handel menetap di Italia, tempat di mana opera dilahirkan, dan bekerja sebagai anggota pemain biola di istana. Handel tidak beruntung, kala itu Paus mengeluarkan larangan untuk pementasan opera, dan ia berjuang untuk mempertahankan hidup di sana. AKhirnya larangan itu dicabut dan handel memiliki opera yang sukses berjudul Agrippina. Tahun 1710 ia kembali ke Jerman menjadi composer istana bagi pemilihan raja Inggris Raay dan Irlandia. Pada tahun 1712, ia pindah dari Hanover ke Inggris hinggal meninggal di sana. Di Inggris, ia mengubah namanya menjada George Friedrich Handel. Pada tahun 1717 ia mengalami naturalisasi untuk menjadi warga negara Inggris.
                Di Inggris kondisinya lebih baik daripada di Italia karena Inggris memiliki seorang raja yang berasal dari Hanover, Jerman, yaitu Raja George I. Bahkan Handel pernah kembali ke Jerman dan menjadi dirigen untuk George sebelum ia menjadi Raja Inggris Raya. Handel sangat sukses di London, banyak opera dan oratorio sekuler yang ia gubah. Pada tahun 1720-1742, pekerjaan utamanya adalah menjadi composer dan produser opera London. Namun seringkali karya Handel menjadi kontroversi. Salah satu karya drama kisah alkitabnya yang controversial ialah Ether and Israel in Egypt yang ditampilan di teater-teater sekuler yang dikecam oleh gereja Inggris. Bahkan, tokoh religius sekaliber John Newton (pengarang himne “Amazing Grace”) pun menentang pertunjukannya yang dianggap “sekuler” itu. Namun demikian, Handel tidak menanggapi dengan menyerang balik saudara-saudara Anglikannya itu.

Lahirnya Oratorio Messiah
                Ada satu masa di mana Handel mengalami masa yang sulit, hasil penjualan tiket pertunjukannya tidak menggembirakan karena kalah bersaing dengan pertunjukkan lainnya, tidak adanya sponsor yang tetap dari pihak kerajaan, adanya persaingan dengan komponis Inggris yang ternama, dan penonton yang tidak selalu mendukung dan sulit dipuaskan Handel bahkan sempat mengalami kerugian hingga berkali-kali. Namun, ia terus berupaya tanpa lelah untuk memulihkan kondisinya. Hal ini juga yang membuat kesehatannya menurun.
                Pada bulan April 1737, ketika berusia 52 tahun, Handel menderita penyakit stroke yang membuatnya mengalami kelumpuhan, sehingga mustahil baginya untuk melakukan pertunjukan atau menjadi konduktor karena tangan kanannya telah mengalami kelumpuhan dan ia sendiri terbiasa menggunakan tangan kanan. Dia juga mengeluh karena penglihatannya menjadi kabur. Handel mengalami kondisi yang amat sulit. Dan karena bukanlah seorang pengusaha yang bijaksana, ia kehilangan keberuntungan dalam bisnis opera, dan di tahun 1740 ia mengalami tekanan dan terbelit hutang. Menjelang tahun 1741, usaha Handel belum membuahkan hasil. Frederick Agung menulis bahwa “masa kejayaan Handel telah lewat, inspirasinya telah habis.”
                Karier music Handel tampaknya memang sudah akan berakhir. Karena itu, pada tanggal 8 April 1741, ia mengadakan pertunjukan yang disebutnya sebagai konser perpisahan. Bahkan, ia merasa terpaksa harus pensiun pada usia yang masih produktif, 56 tahun. Akan tetapi, dua peristiwa yang tidak disangka terjadi dan itu mengubah jalan hidupnya. Suatu hari, Charles Jensen, teman dan sekaligus penyokong Handel, mengiriminya sebuah libretto yang dibuat dari kumpulan ayat-ayat Alkitab tentang kehidupan Kristus. Libreto adalah teks yang digunakan dalam karya music seperti skrip peran dan composer untuk opera. Seluruh libretto Charles Jensen diambil dari bagian Alkitab, terutama dari PL. Libretto itu dibagi menjadi tiga bagian : 1)Nubuat tentang kedatangan Mesias datang (terutama dari kitab Yesaya), 2)kelahiran, kehidupan , pelayanan, kematian, kebangkitan Kristus, 3) penutupan masa dengan kemenangan akhir Kristus atas dosa dan kematian, sebagian besar berdasarkan kitab Wahyu.
                Kata-kata “Hiburkanlah, hiburkanlah umatKu” dari Yesaya 40 menginspirasi Handel. Ia setuju untuk menuiskanmusik bagi libretto tersebut. Ia berpikir akan mengambil waktu selama satu tahun guna menyelesaikan karya tersebut. Dan di waktu yang hampir bersamaan ia juga diminta oleh sebuah organisasi penggalan dana dari Dublin untuk mengadakan pertunjukan amal. Ia menerima komisi yang penuh kemurahan hati dan itu membuat dirinya menjadi sangat sibuk. Konon saat akan menulis Messiah, Handel berpuasa selama tiga bulan. Ia terus berada di dalam kamarnya. Para pembantunya tidak pernah melihat dirinya keluar dari kamar. Mereka meletakkan makanan di depan pintu kamarnya. Seringkali keesokan harinya makanan tersebut masih ada di depan pintu dan menjadi basi. Handel benar-benar seirus dan benar-benar meminta hikmat dari Allah.
                Pada tanggal 22 Agustus 1741, Handel mulai menulis music untuk teks yang dikirim oleh Jensen. Demikianlah oratorio agung yang diberi judul Messiah (bukan The Messiah) itu selesai digarap dalam waktu singkat selama musim panas tahun 1741. Di mana bagian pertamanya selesai dalam tempo 6 hari saja. Sembilan hari kemudian bagian kedua terselesaikan, dan 6 hari berikutnya bagian ketiga tuntas. Selain itu, sekumpulan lagu-lagu orchestra berhasil diselesaikan 2 hari berikutnya. Dengan demikian, semua karyanya yang berjumlah 260 halaman itu dituntaskan hanya dalam waktu 24 hari. Sebuah perjuangan yang luar biasa. Menurut keterangan asistennya, ketika sampai pada lagu Hallelujah, Handel menangis dan berkata, “Saya pikir saya telah melihat surge terbuka, dan melihat wajah Tuhan.”

Pementasssan Oratorio Messiah
                Oratorio itu pertama kali dipentaskan selama perayaan Paskah pada tanggal 13 April 1742. Hal yang menarik adalah bahwa John Wesley, tokoh pendiri gereja Methodist yang terkenal itu adalah salah seorang yang menyaksikan pementasan tersebut. Dalam jurnalnya ia memberikan komentar, “Ada beberapa bagian yang sangat menggugah, tapi saya ragu hal itu memiliki daya tahan.” Adalah bagus karena John tidak masuk ke bisnis music. Sedangkan saudaranya, Charles cukup mengenal Handel, ia bahkan mengunjungi Handel beberapa kali di rumahna. Charles sendiri menggubah dua himne Natal yang terkenal, Lo  he Comes with Clouds Desecending dan yang lebih terkenal adalah Hark the Herald Angels Sing. Tidak seperti Handel, ia adalah seorang penulis lirik lagu bukan composer music yang adalah keahlian khusus Handel.
                Seusai pertunjukan itu, Lord Kinnoul memberi ucapan selamat pada Handel atas “hiburan” yang luar biasa tersebut. Handel menjawab, “Tuan, maafkan saya karena saya hanya menghibur mereka, saya berharap saya bisa membuat mereka menjadi lebih baik.” Sir Newman Flower, salah satu dari penulis biografi Handel, pernah menulis, “Lagu Handel ini akan bertahan, mungkin untuk selamanya. Benar-benar suatu pencapaian terbesar di sepanjang sejarah karangan music.” Dari pertunjukan perdana itu, panitia berhasil mengumpulkan dana sebesar 400 pound  dan membebaskan 142 orang yang dipenjarakan karena terbelit hutang.

Raja Berdiri
                Pada tanggal 23 Maret 1743, Handel mementaskan oratorio itu London. Kontroersi muncul dari gereja Inggris yang terus menerus menghantam Handel. Beruntung bagi Handel, Raja George II memutuskan bahwa ini adalah layak untuk ditonton dan didukung, dan ini pada gilirannya menyebabkan salah satu tradisi paling menarik yang terhubung dengan karya ini. Ketika Hallelujah Chorus mulai dimainkan, raja yang menghadiri pertunjukan itu tiba-tiba bangkit berdiri. Sudah menjadi protocol yang normal bahwa jika raja berdiri di setiap saat, tidak ada yang berada di hadapannya mengambil posisi duduk. Demikianlah semua orang pada saat itu bangkit berdiri.
                Mengapa sang raja berdiri tidak diketahui dengan pasti ada beberapa keterangan sehubungan dengan itu. Pertama, ada kemungkinan bahwa ia bermaksud meregangkan kakinya. Kedua, kemungkinan yang lain adalah bahwa raja yang telah mengalami setengah tuli itu mengira bahwa Hallelujah Chorus  adalah bagian pembukaan dari lagu kebangsaan Inggris Ketiga, sebagian orang mengatakan bahwa itu adalah cara bagi raja untuk menunjukkan bahwa ia mengakui Kristus adalah Raja segala raja. Apapun alasannya, tradisi ini telah dipertahankan sampai sekarang. Di seluruh dunia, orang-orang berdiri setiap kali mereka mendengar nada awal dari Hallelujah Chorus.
                Segera sesudah peristiwa ini, nama dan karier Handel kembali meroket. Ia memimpin lebih dari tiga puluh pertunjukkan “Messiah”. Konser-konsernya sangat menguntungkan bagi rumah sakit yang memelihara anak-anak terlantar Karena banyak dermawan yang memberikan sumbangan dalam pertunjukan Handel. Oratorio itu dengan cepat menjadi sangat popular dan segera dilihat sebagai sebuah karya klasik yang abadi. Hal yang menarik adalah bahwa Handel terus bermain-main dengan hasil karya itu dan bahkan mengubahnya. Salah satu sumber mengatakan, “Handel berkali-kali mengadakan pagelaran  Messiah dan sering mengubah music untuk memenuhi kebutuhan para penyanyi dan orchestra yang tersedia baginya. Karena itu, tidak ada versi tunggal yang dapat dianggap sebagai karya yang “otentik”.
                Karena ribuan pound untuk amal berhasil dikumpulkan dari pertunjukkan “Messiah”, seorang penulis biografi berkomentar, ‘Messiah’ benar-benar memberi makan kepada orang-orang yang lapar, pakaian kepada yang telanjang, perlindungan bagi yatim piatu, lebih dari produksi music tunggal yang lain.” Penulis lain berkata, “Kemungkinan tidak ada karya dari komponis lain yang akan memberi kontribusi begitu besar dalam melegakan penderitaan umat manusia.”
                Karya Handel juga membawa dampak rohani yang luar biasa bagi para pendengarnya. Seorang penlis berkata,”Lagu ini cukup berhasil meyakinkan ribuan orang bahwa Tuhan ada di sekitar kita, bahkan lebih meyakinkan daripada semua karya teologis yang pernah ditulis.” Spiritualitas Handel dalam menciptakan karya religius terpopuler membingungkan banyak ahli music. Meskipun komponis orchestra dan opera sekuler ini tidak mengikuti pola pada umumnya, namun ia adalah seorang pengikut  Kristus yang setia dan sangat terkenal karena kepeduliannya terhadap sesame. Di gereja, ia sering berlutut dan mengekspresikan semangat pengabdiannya yang menyala-nyala lewat penampilan dan gerakan-gerakan tubuhnya.
                Temannya, Sir John Hawkins, menuliskan bahwa Handel mewujudkan nilai-nilai agama yang mendalam melalui hidupnya. Dia senang memasukkan ayat-ayat dalam Kitab Suci ke dalam muskinya. Perenungannya tentang perikop-perikop yang agung dalam kitab Mazmur yang mengagumkan, telah memberikan kontribusi untuk pertumbuhan rohaninya. Sayangnya, Handel diketahui suka mengumpat  dalam beberapa bahasa, setiap kali ia marah. Namun, pada saat yang sama, ia mengaki kesalahannya dan meminta maaf dengan segera. Handel memiliki perawakan yang tinggi, bertulang besar, dan bersuara keras. Ia gemar memakai wig warna putih yang indah, dengan model keriting yang terurai hingga ke bahunya. Gaya bicaranya pun mudah dikenali karena sering mencampurkan bahasa Inggris dengan berbagai kata dari bahasa Jerman, Prancis. Dan Itali. Selain itu, Handel dikenal secara mendunia karena optimis, murah hati dan peduli pada orang-orang yang menderita. Ia bahkan memberikan amal meskipun sedang mengalami kebangkrutan financial.
                Popularitas yang diraih Handel dengan susah payah bertahan hingga kematiannya. Menjelang kematiannya, Messiah ditetapkan sebagai standar lagu drama. Pengaruhnya terhadap komponis-komponis lain sangat luar biasa. Ketika mendengar lagu Haleluya, Franz Joseph Haydn, seorang komponis Austria menangis seperti seorang anak kecil, kemudian berkata,”Dialah guru kita semua!”
Beberapa hari sebelum meninggal, Handel mengatakan keinginannya untuk mati pada hari Jumat Agung, dengan harapan bertemu dengan Allahnya yang baik, Tuhan dan Juru Selamatnya yang manis, pada hari Kebangkitan. Tapi ia hidup hingga hari Sabtu pagi, tanggal 14 April 1759. Delapan hari sebelumnya, ia memainkan karya besarnya,”Messiah”, untuk terakhir kalinya.
Terhadap kematiannya, James Smyth seorang sahabat Handel menulis, “Handel meninggal saat ia menjalani hidup Kristen yang saleh, baik kepada Allah dan kepada sesame. Amalnya bagi dunia sungguh sempurna.” Handel disemayamkan di Westminster Abbey, dan dihadiri sekitar 3.000 orang yang melayat. Sebuah patung yang memperlihatkan ia yang sedang memegang naskah solonya yang terbuka di bagian ketiga lagu “Messiah”, yang berbunyi,”Aku tahu bahwa Penebusku hidup,: didirikan di atas makamnya.
Jaman sekarang bagian pertama  dan kedua dari oratorio itu yang sering dipentaskan. Dan lagu Hallelujah sebenarnya adalah kesimpulan dari bagian kedua, tetapi dalam pertunjukan saat ini, lagu tersebut dijadikan sebagai klimaks dari perayaan Natal dari bagian pertama dari oratorio ini. Banyak variasi dan penyusunan ulang yang dibuat selama abad-abad berikutnya atas karya Handel tersebut – salah satu arrangement ulang yang terpenting adalah karya Mozart dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Handel tidak pernah mengetahui sebelumnya bahwa pekerjaannya itu akan menjadi bagian yang paling agung dalam seni music klasik dalam sejarah. Dan ia tentu tidak tahu bahwa banyak versi yang akan dibuat untuk oratorio Messiah.


No comments:

Post a Comment